https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg2k6DIKnwAncQ_ofcrMwsB0aoNxN_fUgTHGMwNBYvUFGWRj0wMt0QwfuHqPPI0pQV2E6EWgIZKE3cNsibRril6t-CPqet4na6a9hPVQ-miIa1SwmdpHxxCZT53V3rOW_Yv6bH6iic7ea64zyfbgBBW7mw6MJsoYxnp0K0E1SIZKC_e0aLm7kjl9wMF=s900

Potensi bisnis minimarket mandiri 2015 - 2016 dilihat dari trend 2014.
Potensi bisnis ritel Indonesia yang salah satu jenisnya adalah minimarket untuk jangka menengah panjang masih besar meskipun pertumbuhan omzet ritel nasional 2014 diperkirakan hanya naik tipis seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi. Omzet ritel modern nasional pada 2014 diperkirakan tumbuh 10%. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan nilai penjualan ritel modern 2014 mencapai Rp162,8 triliun.
Permintaan produk terutama makanan dan minuman masih menjadi kontributor utama (>60%). Beberapa faktor menjadi katalis positif pertumbuhan ritel nasional ke depan. Meningkatnya pendapatan masyarakat, meningkatnya populasi penduduk dengan bonus demografi dan pertumbuhan masyarakat yang pesat, urbanisasi, tingkat optimisme konsumen yang kuat, dan pertumbuhan properti komersial menjadi driver permintaan industri ritel. Menurut AC Nielsen, 48% dari total belanja berasal dari masyarakat Proporsi masyarakat sendiri terhadap total populasi Indonesia diperkirakan meningkat dari sebesar 56,5% pada 2010 menjadi sebesar 68,4% pada 2015 dan sebesar 76,1% pada 2020.
Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Indonesia masih cukup kuat dan relatif tinggi dibandingkan negara lain. Global Consumer Confidence Report 2Q14 yang dirilis AC Nielsen menunjukkan IKK Indonesia berada pada level 123, berada pada posisi kedua setelah India (124). Sebelumnya, IKK Indonesia bahkan menempati posisi tertinggi selama 5 kuartal berturut-turut (1Q13-1Q14) di antara 60 negara yang disurvei. IKK yang dirilis Bank Indonesia juga menunjukkan trend penguatan. IKK Agustus 2014 yang sebesar 120,2 merupakan level tertinggi sejak akhir 2012.

Penguatan IKK juga dikonfirmasi oleh peningkatan Indeks Penjualan Riil (IPR). Rata-rata pertumbuhan tahunan IPR Januari-Juli 2014 sebesar 16,7%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 11,9%. Secara regional, IPR sebagian besar kota yang disurvei (9 kota) menunjukkan trend kenaikan. IPR kota Bandung mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi selama Januari-Juli 2014. Pertumbuhan IPR yang cukup tinggi juga terjadi di Semarang, Surabaya, dan Manado. Hal ini menunjukkan peranan dalam sektor ritel semakin penting. Meskipun ritel tradisional masih tetap mendominasi, kenaikan share perdagangan ritel modern dalam di Indonesia meningkat cukup pesat.
Potensi bisnis minimarket semakin terlihat jelas ketika melihat Share tersebut meningkat dari 25% pada 2002 menjadi 44% pada 2012. Pertumbuhan ritel modern terutama terjadi pada format minimarket, convenience store, dan hypermarket dimana share perdagangan minimarket mengalami kenaikan tertinggi. Dilihat dari perkembangan jumlah gerai selama 10 tahun terakhir, format minimarket tumbuh rata-rata 17,4%, hypermarket 17,9%, sedangkan format supermarket mulai cenderung ditinggalkan dengan pertumbuhan gerai rata-rata 3% per tahun.
potensi minimarketJika menilik percepatan penetrasi maka potensi bisnis minimarket di Indonesia lebih besar dibanding negara tetangga. Penetrasi jumlah gerai ritel modern Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Masing-masing format ritel modern memiliki pemain utama. Pesatnya perkembangan format minimarket (termasuk convenience store) didorong oleh ekspansi usaha Alfamart dan Indomaret yang menguasai sekitar 87% pangsa pasar. Bagi saya fakta ini adalah propek bisnis minimarket bagi pengusaha lokal.
Untuk format hypermarket, Top 3 player yaitu Carrefour, Hypermart dan Giant menguasai sekitar 97% pangsa pasar. Sementara untuk department store, Matahari Department Store dan Ramayana menguasai sekitar 55% pangsa pasar, disusul Mitra Adiperkasa dengan 8% pangsa pasar. Pada format supermarket yang sangat terfragmentasi, tidak terdapat satu pemain dengan pangsa pasar di atas 7%. Super Indo dan Hero merupakan pemain utama pada format ini dengan menguasai sekitar 12% pangsa pasar.
A.T. Kearney’s 2014 Global Retail Development Index™ (GRDI) menempatkan Indonesia pada peringkat 15 negara berkembang untuk tujuan investasi ritel, naik dari peringkat 19 tahun lalu. Negaranegara Asia yang masuk dalam Top 30 GRDI ini selain Indonesia adalah China, Malaysia, Sri Lanka, India, Filipina, dan Vietnam. Pasar ritel Indonesia masih menarik bagi para peritel internasional. Hal ini dibuktikan dengan terus masuknya peritel kelas dunia. Beberapa yang akan masuk pada 2014 adalah IKEA (Swedia), Courts Asia (Singapura), Parkson Group (Malaysia), dan Central Department Store (Thailand).
Biaya tenaga kerja menjadi porsi terbesar biaya operasional peritel (~30%). Bersama biaya sewa gedung dan listrik (utilitas), ketiganya menyumbang 60%-80%. Untuk peritel yang menjual produk dengan import content tinggi, fluktuasi Rupiah juga menjadi concern. Kajian kami menunjukkan setiap 1% depresiasi Rupiah akan menyebabkan kenaikan COGS industri ritel sebesar 2,7% pada satu triwulan berikutnya.
E-commerce akan semakin berkembang. Tingginya persaingan usaha dan meningkatnya biaya operasional ditambah semakin ketatnya regulasi yang ada seperti ketentuan jumlah maksimal outlet waralaba toko modern sebanyak 150 outlet dan aturan proporsi produk lokal yang dijual paling sedikit 80% dari jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan diperkirakan mendorong perkembangan e-commerce ke depan seiring kemajuan teknologi dan berkembangnya penggunaan internet di Indonesia. Nilai transaksi di Indonesia tahun 2013 diperkirakan sebesar USD1,8 miliar.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS menggerus pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) olahan nasional. Pertumbuhan industri mamin olahan semester II tahun ini kemungkinan hanya berkisar 6-7%, lebih rendah dibandingkan semester I sebesar 9%. Omzet industri mamin olahan nasional hingga akhir 2014 tetap ditargetkan naik 6-7% dari tahun 2013 yang sebesar Rp 942 triliun. Perlambatan omzet juga dipengaruhi oleh turunnya daya beli petani komoditas perkebunan akibat turunnya harga komoditas tersebut.(Harian Kontan, 12 September 2014)

---------------------------------------------------------
Website Raja Rak Minimarket yang lain : 

Posting Komentar

Produk Rak Minimarket

[Rak Minimarket][carousel1][#e74c3c]

Rak Gudang Harga Murah

[Rak Gudang][carousel1][#8e44ad]
Diberdayakan oleh Blogger.